HEIJAKARTA.COM – Relawan Kaesang Pangarep menyerukan menangkap 8 tuyul di Depok.
Seruan menangkap 8 tuyul yang dimaksud, yakni:
1. Pelaku kekerasan seksual
2. Sindikat prostitusi anak
3. Tukang gusur sekolah.
4. Pembuat kebijakan intoleran.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
5. Pemain program dan anggaran,
6. perusak lingkungan.
7. Mafia tanah dan maling setu
8. Pengutip retribusi ilegal.
Seruan tersebut terdapat dalam spanduk yang terpasang di lokasi diskusi publik bertajuk ‘Menakar Komitmen Lingkungan Calon Wali Kota Depok Kaesang Pangarep’.
Kegiatan diselenggarakan oleh Relawan Kaesang Menang di Joglo Nusantara Kecamatan Sawangan, Depok, Minggu, 2 Juli 2023.
Baca artikel menarik lainnya, di sini: Anak Bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep Maju Pilkada Depok 2024, Ini Tanggapan Partai Gerindra
Baca Juga:
Langit Jakarta Diobok-obok: BNPB Tebar Garam, Banjir Tak Juga Surut
KPK Ledakkan Skandal EDC BRI, Eks Bos Bank Dijerat Rp2,1 Triliun!
Jasa Desain Rumah & Arsitek: Pondasi Nyata untuk Hunian Impian Anda
Salah satu undangan dari Founder Yayasan Pohon Emas Nusantara (PENA Foundation), Sandi Hanafia mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan 8 tuyul itu memang relevan dengan isu Depok saat ini.
“Sempat viral kan isu tuyul dan babi ngepet di Depok, juga poin-poinnya memang sedang menghangat di Depok,” ujar Sandi Hanafia.
Terkait isu situ yang hilang, dulu saat ia concern di Depok, pada 2018 keras berbicara Situ Gugur di Kelurahan Pasir Putih Sawangan yang diuruk dan ada juga situ yang menurut informasi dijadikan perumahan.
“Bahkan dari 33 situ, yang masih eksisting dan aktif hanya 19 s.d 20 an situ, pada 2020 Paripurna RTRW sampai sekarang juga belum ada turunannya.”
Baca Juga:
BRI Maksimalkan BRImo dan Layanan 24/7 Selama Libur Nasional 1 Muharram 1447 H
Daki Gunung Tanpa Pengetahuan, Pendaki Remaja Jatuh Tewas di Kudus
Butuh TWS yang Nyaman? TWS Open-Fit Bisa Jadi Pilihan, Anti Telinga Sakit!
“Dulu ada istilah “kalau dulu Depok banjir Jakarta kelelep”, eh, sekarang sudah sedengkul,” kata Sandi.
Menurutnya, belum integralnya dalam membangun dan melestarikan lingkungan di Kota Depok.
“Ini kan tidak ada, eksekutif dan legislatifnya pun tidak sinergi,” papar Sandi.
Juga terkait pemenuhan ruang terbuka hijau yang seharusnya 30 persen, tetapi saat ini Menurut informasi yang diketahui baru ada 12,8 persen
Dan pemerintah tidak bisa memaksimalkan tanah-tanah partikelir, seperti pervonding dan SK Kinag.
“SK Kinag itu aja masih dikuasai raja-raja kecil di wilayah,” kata Sandi Hanafia.
Baca Juga:
Bank Jakarta Akan Go Public, Pramono Ancam yang Masih Bawa Titipan
Indonesia–Rusia Sepakati MoU Digital, Transportasi, dan Investasi
Menurutnya, Depok masih belum jelas apa yang mau dibenahi, apakah infrastruktur dulu atau suprastruktur lebih dulu.
Jika infrastruktur yang pembangun fisiknya, sedangkan suprastruktur di sistem dan SDM yang dibenahi.
“Jangan bicarakan SDM yang hebat-hebat di Depok, tapi di sisi lain wilayahnya tidak di benahi. Depok itu sudah sangat heterogen.”
“Bonus demografi milenial dan GenZ luar biasa, bahkan online shop-nya termasuk yang sangat besar, tapi tanpa tidak ada pembinaan,” ucapnya. (DRI).***